[Korea Trip: Part 3] Gyeongbokgung dan Namsan Tower, Landmarknya Kota Seoul

Gwanghwamun Gate

Penjelajahan kota Seoul, hari ini dimulai. Agenda hari ini adalah mengunjungi landmark utama di Kota Seoul yang jelas sudah termashyur keberadaanya, yaitu Gyeongbokgung palace dan Namsan Tower, dan juga sepaket megunjungi Bukchon Hanok Village yang cuma sebelahnya Gyeongbokgung palace.
Sampe di area Gwanghwamun gate baru kerasa nih kalau ini Seoul, Korea Selatan. Bangunan bekas peninggalan Dinasti Joseon dan juga arsitektur pada landmark disekitarnya membuat kerasa

"ini baru seoul bukan cuma semacam Jakarta atau Singapura"

Gyeongbokgung Palace
Masuk ke area Gyeongbokgung Palace harus bayar retribusi sebesar 3.000 won, tapi akan gratis jika menggunakan hanbok. Kalau mau sewa hanbok bisa di area depan Gyeongbokgung ataupun di sekitaran Bukchon Hanok Village. Harga sewa hanbok bervariasi tergantung dari model yang dipilih, mau yang 10.000 won ada, sampe yang 100.000 won juga ada. Sebenernya aku juga ada niatan mau pake hanbok, biar ala-ala Putri Mahkota gitu, mumpung ada gratisan dari travelokaXperience, tapi... liat suasana yang rame di Gyeongbokgung jadi udah males duluan. Repot-repot pake hanbok tapi nanti ga bisa dapet foto yang oke, kan capek sendiri. Ya udah lah, mending nanti reedom point traveloka buat yang lainnya.

Halaman utama Gyeongbokgung Palace

Area Gyeongbokgung Palace ini gede baget, jadi kalau mau pemotretan, bisa tuh ke area belakang, biar agak sepi. Tapi emang sih, komplek depan emang yang paling megah dan terhits se-Instagram raya. Kalau bangunan yang di belakang-belakang bagus juga, tapi ya mirip-mirip kayak resto Korea yang ada di Jogja.


Mengunjungi Gyeongbokgung Palace, jangan kelewat sekalian mampir ke Bukchon Hanok Village. Dari Gyeongbokgung tinggal jalan kaki aja, keluar lewat Palace Nasional Folk Museum Korea dan langsung menyusuri jalanan perkampungan menuju Bukchon Hanok Village.

Bukchon Hanok Village
Nyampe di Bukchon Hanok Village, ternyata ga kalah rame cuy. Sudah dipastikan semua yang habis dari Gyeongbokgung langsung lanjut jalan ke Bukchon.

Bukchon Hanok Village ini merupakan komplek perumahan yang tiap-tiap rumahnya bergaya tradisional korea. Oleh karena itu, disini ga boleh berisik biar ga mengganggu warga yang tinggal di perumahan ini. Kalau sampe berisik ada petugas berompi kuning yang siap menghampiri dan menegur. Wisatawan juga ga bisa blusukan cari gang yang sepi buat foto-foto. Cuma diperbolehkan di beberapa gang aja yang sudah dijaga oleh petugas rompi kuning.

Gang sempit Bukchon Hanok Village

Selesai dari Bukchon bingung nih mau kemana dulu. Harap maklum karena kita ga pakai itenerary yang saklek kudu dipenuhi, pingin sengalirnya aja, tapi ya memang sebelumnya kita udah bikin pandangan mau kemana aja.

Akhirnya kita balik dulu ke penginapan, buat sholat dan makan, sekaligus nglurusin kaki dulu. Dan dihari-hari berikutnya, pilihan balik ke penginapan untuk sholat dan makan siang jadi agenda wajib selama di Seoul (kecuali pas ke Nami). Tapi menurut kita sih itu lebih efektif, mengingat ketidakberadaan masjid ataupun tempat sholat di Seoul (kecuali di Itaewon).

Sieta tanya "mau kemana dulu nih? Namsan atau hongde?" langsung ku jawab "Namsan" karena yang tertanam dalam otakku:

"Kamu belum ke Seoul kalo belum ke Gyeongbokgung dan Namsan tower"

Gyeongbukgung kan udah tercapai, maka harus Namsan dulu, baru lah selanjutnya  bebas mau kemana.

Namsan Tower
Pergi ke Namsan bisa pilih pake bus tapi muter untuk sampai atas atau pake cable car. Aku mengajak umi untuk tidak naik cable car, naik bus aja, karena bentuk cable carnya yang box kayak lift kaca, bukan cable car yang duduk isi berdua, bukan kayak yang di dramanya "My Sassy Girls Choonhyang".

Akhirnya kami semua pun naik bus. Dari tempat pemberhentian terakhir, kita mesti jalan kaki menanjak melewati Namsan Park. Tapi masih aman, ga begitu jauh udah sampe aja.

Tanjakan Namsan Park

Pemandangan pepohonan di Namsan park bener-bener memikat. Apalagi ditambah kilauan matahari sore yang menembus sela-sela daun, pas banget lah kalo kesini sore-sore. Ditambah lagi pemandangan kota Seoul dari ketinggian, hamparan gedung-gedung pencakar langit berpadu dengan silaunya langit sore. Gara-gara tersihir sama pemandangannya, sampe lupa sama ngos-ngosan di jalanan yang menanjak. Meski jalan nanjak masih nyantai, tapi awak ga sanggup kalo ikutan estafet bantu dorong stroler nada, ampun nyerah duluan.

Baru jalan naik dibawah pepohonan sambil liat pemandangan kota Seoul aja udah bagus, lalu ekspektasi kita udah jauh melayang tinggi tentang tempat gembok-gembok yang hits itu. Tapi pas nyampe kok ga dapet kayak yang kita bayangin ya.

Tempat gempok-gembok [Dok. Pribadi/@umi_hapsari]

Tempatnya semacam rooftop/balkon terus di pagar-pagarnya penuh bergelantungan gembok-gembok. Terus, ya udah, gitu aja. Ga kerasa ada yang spesial dari situ, apa karena aku sama umi datengnya ga sama pasangan, terus ga ikutan nyantelin gembok disitu? ah, tapi enggak gitu juga, ah tapi ga tau juga sih, entahlah pokoknya, kurang bisa nikmati suasananya.

Sambil nunggu dik nada naik ke tower sama main ke hello kitty, aku sama umi duduk-duduk aja di kursi taman di bawah pohon. Mau foto-foto dengan latar towernya juga serba salah, karena terlalu deket malah ga bisa ambil angelnya. Perjalanan turun dari Namsan park, pas banget dapat sajian langit yang memerah dan lampu-lampu kota yang mulai kelap-kelip. Sayang cuma bagus dipandang mata, tapi buthek kalau dilihat dari lensa kami yang begitu adanya.

Pemandangan Seoul sore hari [Dok. Pribadi/@umi_hapsari]

Perjalanan hari ini diakhiri dengan lagi-lagi membelah Myeongdong street, kali ini demi mencari outletnya Asics yan baru kita tau kalau ada di Myeongdong. Sebuah pencarian yang tidak mudah, walau sudah berbekal Naver map dan bertanya pada petugas. Dan sebuah hasil yang tidak berbuah manis, karena setelah ketemu konternya yang nitip ga berani sama harganya.

Namsan tower, bagusan kalau dilihat dari jauh

Comments

Popular posts from this blog

10 Alasan Pilih Kampung Prai Ijing sebagai Tujuan Wisata Budaya Sumba

11 Fakta Fulan Fehan, Padang Rumput Indah di Ujung Perbatasan NTT

Pantai Glagah: bukan karang tapi beton