Kena Cancel Flight Nam Air Dps-Jog, Berujung Kelaparan di Makassar

Muter Makassar dulu

Hari itu, awal bulan april 2019, selepas menyelesaikan tugas di Kota Waingapu tercinta. Sore hari dipaksa menyempatkan untuk mengunjungi Bukit Tanau yang sedang hijau sehijau-hijaunya.

Saat sedang duduk-duduk sambil menikmati matahari yang telah terbenam, tiba-tiba ada panggilan masuk dengan nomor depan kode Jakarta. Deg-degan dulu nih kalo nomer Jakarta nelpon, antara mitra dari pusat atau dari bank nawarin asuransi/deposito/kartu kredit/lain-lain. Setelah diangkat ternyata dari Nam Air, kurang lebih percakapannya begini:

Me : "Halo"
Nam : "Dengan ibu Fadila ya?"
Me : "Iya,"
Nam : "Ini dari Nam Air, memberitahukan bahwa penerbangan ibu untuk rute wgp-dps akan sesuai dengan jadwal, sementara untuk penerbangan lanjutan dps-jog mengalami pembatalan penerbangan."
Me : "Apa? Jadi dps-jog aja yg dibatalin?" (kaget, sekaligus mbatin, kok ga sekalian aja wgp-dpsnya juga dibatalin biar bisa main dulu di Sumba)
Nam : "Oleh karena pembatalan tersebut kami menawarkan 2 pilihan penggantian, pertama, penerbangan tetap pada hari yang sama dengan menggunakan rute dps-upg lalu upg-jog, atau pilihan kedua, tetap pada rute dps-jog tetapi pada keesokan harinya."
Me : "Mik..." (memanggil Umi untuk meminta pendapat)
Belum juga mulai ngomong ke Umi, mas-mas Nam Air udah buru-buru nyamber
Nam : "Ibu tidak harus memberi jawaban sekarang, bisa dipikirkan dan didiskusikan dulu, nanti setelah diputuskan bisa menghubungi kami ke nomor yang sudah kami sms kan."
Me : "Baik nanti saya kabari."
Percakapan dengan mas-mas Nam Air pun berakhir.

Pose gaya-gayaan di Bukit Tanau
"kerja dimana saja"

Singkat cerita, kami akhirnya memutuskan akan memilih penerbangan pada hari yang sama tapi transit via Makassar (upg). Esok harinya atau pagi hari sebelum penerbangan, aku mencoba menelpon call center untuk memberitahu tentang keputusan pilihan kami. Tapi 3 kali menelpon hasilnya nihil.

Telpon pertama :
Operatornya bilang "mohon maaf tidak tersedia untuk pilihan pengalihan rute dps-upg lanjut upg-jog." Sontak aku ngegas "lha gimana mas, kemarin saya yang dikasih pilihan itu, kok sekarang bilangnya ga ada." Masnya pun berkilah "maaf ibu mohon nanti menghubungi lagi saja pada saat jam kerja agar bisa langsung berbicara dengan custumer servicenya."
Oh baiklah, waktu aku menelpon memang masih jam 06.00 WITA alias jam 05.00 WIB.

Telpon kedua (3 jam kemudian) :
Setelah mengutarakan maksudku menelpon dan operatornya pun sudah klarifikasi kode booking, aku pun disuruh menunggu. Sambil menunggu mbaknya operator memberi lagu-lagu, sampai lagu terulang 3 kali, tidak ada kelanjutan hingga panggilan mati sendiri.

Telpon ketiga (30 menit kemudian) :
Baru mencoba menelpon sudah mendapat jawaban kalau seluruh operator sedang sibuk.

Bandara Umbu Mehan Kunda, Waingapu
Akhirnya aku pun menyerah untuk menelpon, dan memutuskan untuk datang ke bandara lebih awal. Saking awalnya, sampai-sampai petugas check in Umbu Mehang Kunda masih pada makan siang, hmmm, tau gitu kami juga makan siang dulu. Setelah counter dibuka, kami segera bergegas menghampiri. Petugas dari Nam Air (sebut saja mas R) yang melayani langsung membuat pemberitahuan tujuan Jogja cancel flight mohon menunggu. Tak lama mas R menghampiri dan memberitahu pilihan persis seperti yang dikabarkan oleh mas-mas yang menelpon, kami pun memilih transit upg. Lalu kami pun disuruh menunggu lagi untuk disiapkan perubahan rute penerbangannya.

Selama menunggu mas R memproses boarding pass, tentunya kami masih tertahan di ruang check in, yang mana disitu panas, ga ada mushola, ga ada tempat duduk, ga ada tempat jajan. Sampai sempat ditegur petugas agar tidak duduk nglesot di lantai depan AC. Kemudian kami disuruh duduk aja di counter Susi Air yang kosong (mohon ijin bu Susi numpang duduk dulu, sayang lupa ga foto).

Sampai dengan pesawat Nam Air dari Kupang tiba dan sudah ada panggilan boarding, kami masih tetap disuruh menunggu. Akhirnya mas R memberi kami boarding pas untuk rute wgp-dps dan dps-upg, sementara untuk upg-jog katanya belum sempat tercetak, dan dia akan menghubungi petugas di dps untuk nanti mencetakkan boarding pass kami. Mas R juga memberi kami kontak agar nanti kalau ada kendala bisa menghubunginya. Kami juga dititipi penumpang lain yang notabene dia belum pernah transit ke Makassar.

Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar
Pas landing di Bandara Ngurah Rai, tepat dibelakang Nam Air yang kita tumpangi, landing juga pesawat Sriwijaya. Udah mbatin dulu, jangan-jangan itu pesawat Sriwijaya yang akan kita tumpangi ke Makassar, kalau iya bakalan sangat singkat sekali ini waktu transit disini. Dan ternyata eh ternyata itu adalah benar.

Landing Ngurah Rai International Airport

Eh lha kok pake drama pas sampai di gate transit. Karena udah kelaperan, aku niatnya mau ambil uang dulu buat jajan yang bisa takeaway. Kenapa ga debit aja? aku mikir biar cepet aja, karena waktu transit cuma 50 menit, belum lagi harus sholat dulu. Umi ku suruh duluan, nanti ketemu di mushola biasa. Pas sampai mushola tempat biasa kami sholat di Ngurah Rai, tengok kanan kiri kok ga ada penampakannya si Umi, ya udah lah sholat aja dulu dari pada buang waktu buat cari-carian.

Baru rakaat pertama, eh sudah ada panggilan boarding untuk pesawat Sriwijaya tujuan Makassar. Sholat jadi makin ga khusuk dan ngebut (maafkan hamba-Mu ini Ya Allah). Hp udah centang centing Umi udah WA kalau sudah di depan Gate. Ternyata dia emang tadinya mau sholat di tempat biasa, tapi karena salah belok dia jadi sholat di Mushola deket Bali Banana.

Untungnya urusan boarding pass lancar, mas R benar-benar sudah mengkoordinasikan dengan petugas yang di dps, sampai di Gate kami langsung diberi boarding pass untuk lanjutan upg-jog. Kamipun langsung boarding, agenda beli makan takeaway dan beli Bali Banana, buyar sudah, dan terpaksa kembali menahan lapar untuk perjalanan dps-upg.

Bandara Internasional Hassanudin, Makassar
Terbang dps-upg yang padahal cuma 1 jam lebih jadi kerasa lama banget karena lapar makin mendera, dan mana bisa aku tidur kalau lapar. Untungnya pesawat landing mulus di Makassar. Pramugari mengumumkan semua penumpang untuk turun dan membawa semua barang karena akan tukar pesawat disini. Baru sampai pintu pesawat, petugas darat menginfokan bahwa untuk tujuan jogja akan menggunakan pesawat ini lagi, nanti petugas yang akan datang untuk melakukan pengecekan, silahkan tunggu disini saja. Umi pun langsung berkata, ya udah tunggu sini aja ya, tanpa memikirkan daku yang kelaparan akut.

Sampe di Makassar

Seketika aku hilang harapan untuk membeli makanan fastfood di Makassar. Kepikiran apakah aku harus kembali menahan lapar hingga sampai di Jogja, dan membayangkan duh gimana kalo asam lambung ini makin naik, bisa jadi nanti muntah di pesawat.

Ditengah kedilemaan itu (levay dikit) sambil bersandar di kaca garbarata, aku tengak-tengok cari spot yang kece buat difoto, nyari-nyari yang ada tulisannya Hasanudin International Airport kok ga kelihatan. Sedikit-demi sedikit aku berjalan menyusuri garbarata. Umi sampai memanggil "mau kemana?" lalu ku jawab "mau cari spot buat update status" dia pun berlari sambil berteriak "ikut." Si adik yang dititipin bareng tadi, dari depan pintu pesawat dia cuma ketawa tipis ngliat kelakuan kita.

Aku dan umi berjalan sampai ujung garbarata tapi tetep ga nemu spot buat liat icon tulisan Hassanudin International Airport, dan kita malah salah fokus sama tulis AW dari dalam gate. Seketika tercetus ide untuk lari ke arah transit dan masuk lagi lewat pintu Gate. Tanpa pikir panjang, kalo pikir panjang nanti kehabisan waktu malah ujung-ujungnya ga jadi, kamipun akhirnya berlari turun untuk masuk ke gate.

Mampus, sampe di counter pengecekan agak antri. Sambil nunggu antrian grusak-grusuk keluarin laptop biar pas lewat x-ray bisa lancar. Pas giliran di counter ditanyain sama masnya "lho, tujuan Jogja harusnya tidak perlu turun" langsung ku jawab "kita mau beli makan dulu mas" lalu masnya bilang "tapi sebentar lagi sudah boarding" sambil berlalu ku jawab "kita mau bungkus kok."

Baru juga lewat x-ray dan naik ke gate, eh lha kok sudah ada panggilan boarding untuk penumpang Sriwijaya tujuan Jogja. Walau udah ada panggilan boarding tetep aku sama umi berhenti dulu dan sejenak foto di icon Hassanudin International Airport. Meski ini bukan yang pertama kali buat kami menyambangi Bandara Hassanudin, tapi hasrat kenarsisan kita tak bisa terbendung.

Memenuhi hasrat kenarsisan

Sampai di pintu gate Sriwijaya, antriannya masih mengular, aman lah brarti, masih sempat untuk beli makan bungkus. Umi berjaga disekitar pintu gate dan aku berlari membeli 2 paket AW. Akhirnya sambil menunggu take off kami bisa mengganjal perut dengan 2 potong ayam goreng, 1 pax nasi, dan 1 cup soda.

Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta
Udah ga ada cerita lagi, perut kenyang dan pastinya tidur sampai tiba waktu landing di Yogyakarta. Secuil bonus tambahan kebahagiaan yang sangat receh dari perjalanan ini. Bisa singgah 40 menit di Bandara Hassanudin, bisa update status, bisa nemu AW pas kelaperan, dan bisa kembali pulang dengan selamat bahkan lebih cepat dari waktu yang seharusnya jika tidak cancel flight. Thank you Sriwijaya Group.

Comments

Popular posts from this blog

10 Alasan Pilih Kampung Prai Ijing sebagai Tujuan Wisata Budaya Sumba

Pembuatan Pupuk Organik

[Korea Trip: Part 2] Lotte Mart dan Myeongdong, all about belanja