Jalan-jalan Belajar Irigasi
Kali ini berkesempatan lagi ngikut jalan-jalan di kegiatan praktikum lapangan asas dan teknik irigasi. Rute yang akan dikunjungi yaitu waduk sermo, bendung sungai, lahan sawah model surjan, dan pantai glagah. Sebenernya rutenya hampir samalah sama yang dulu-dulu, tapi karena ceritanya diriku yang udah lama ga jalan-jalan ya jadinya semangat banget nih buat ikutan.
Tujuan pertama yaitu waduk sermo yang terletak di kecamatan pengasih kabupaten kulon progo. Waduk sermo ini di Indonesia termasuk waduk yang kecil, dan sumber airnya pun bukan dari membendung sungai tetapi murni dari hujan. Oleh karena itu kelestarian bukit-bukit dan pepohonan disekitarnya sangat dijaga agar kelesterian air di waduk juga tetap terjaga. Karena volume airnya yang sedikit ini maka waduk sermo bukan sebagai pensuplai utama irigasi di kulon progo, hanya sebagai pensubtitusi dari jaringan irigasi kalibawang sistem.
Sejalan menuju bendung pekik jamal kita dilewatkan di lahan dengan model surjan. Ide awal munculnya lahan model surjan adalah untuk mengatasi lahan banjiran, yaitu dengan membuat selang seling antara lahan genangan untuk padi dan lahan meninggi untuk palawija. Karena selang seling yang memanjang antara padi dengan palawija ini mirip dengan baju surjan, maka disebutlah dengan model surjan.
Lahan model surjan mengiringi perjalanan menuju ke bendung pekikjamal. Sesampainya di bendung pekik jamal praktikan belajar dan mengamati bangunan bendung dan bangunan irigasi lainnya. Selain itu juga dilakukan praktek pengukuran debit arus sungai di saluran irigasi sekunder. Sementara para praktikan melakukan praktek nyebur-nyebur ke sungai nah kita para rombongan penggembira malah dapet jajan putu sama es potong yang lewat. Haha, jadi nostalgia jajanan masa kecil.
Perjalanan lanjut menuju daerah pesisir selatan kulon progo. Pesisir selatan kulon progo ini sedang giat-giatnya mengembangkan pertanian di lahan pantai. Kita singgah untuk melihat model pengairan di lahan pasiran. Metode irigasi yang diterapkan di daerah pesisir ini yaitu berupa irigasi curah dengan sumber air yang berasal dari sumur bor yang ditampung pada sumur renteng yang berderet disekitar lahan. Metode irigasi dengan sumur bor ini tidak terlepas dikarenakan lahan pantai di pesisir selatan kulon progo ini dan juga di pesisir selatan bantul memiliki potensi air bawah tanah. Meskipun dekat dengan laut namun air di bawah tanah di pesisir pantai ini merupakan air tawar, itulah sebabnya lahan pantai ini sangat berpotensi untuk berkembang sebagai lahan pertanian.
Lahan model surjan mengiringi perjalanan menuju ke bendung pekikjamal. Sesampainya di bendung pekik jamal praktikan belajar dan mengamati bangunan bendung dan bangunan irigasi lainnya. Selain itu juga dilakukan praktek pengukuran debit arus sungai di saluran irigasi sekunder. Sementara para praktikan melakukan praktek nyebur-nyebur ke sungai nah kita para rombongan penggembira malah dapet jajan putu sama es potong yang lewat. Haha, jadi nostalgia jajanan masa kecil.
Perjalanan lanjut menuju daerah pesisir selatan kulon progo. Pesisir selatan kulon progo ini sedang giat-giatnya mengembangkan pertanian di lahan pantai. Kita singgah untuk melihat model pengairan di lahan pasiran. Metode irigasi yang diterapkan di daerah pesisir ini yaitu berupa irigasi curah dengan sumber air yang berasal dari sumur bor yang ditampung pada sumur renteng yang berderet disekitar lahan. Metode irigasi dengan sumur bor ini tidak terlepas dikarenakan lahan pantai di pesisir selatan kulon progo ini dan juga di pesisir selatan bantul memiliki potensi air bawah tanah. Meskipun dekat dengan laut namun air di bawah tanah di pesisir pantai ini merupakan air tawar, itulah sebabnya lahan pantai ini sangat berpotensi untuk berkembang sebagai lahan pertanian.
Lokasi yang kita singgahi saat itu sedang membudidayakan tanaman sawi, sawi menjadi pilihan para petani disini karena pada saat musim penghujan begini sawi lebih tahan daripada cabai. Hasil wawancara dengan petani saya cukup terkejut karena tanaman sawi yang dihasilkan bisa sangat subur berdaun lebar dan hanya membutuhkan 20 hari panen setelah tanam dengan 30 hari penyemaian. Selain dengan penyiraman 2 kali atau 3 kali sehari, ternyata rahasia mereka terletak pada pemberian pupuk kandang dan urea yang berkali dalam seminggu. Pemberian pupuk di lahan pasir ini termasuk cukup besar jumlahlah karena sifat dari tanah pasir yang mudah meloloskan air, sehingga pupuk yang diberikan juga mudah lolos bersama air. Sekilas terlihat sangat memuaskan produksi sawi yang dihasilkan, namun semoga saja segera ditemukan metode untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk urea yang cukup tinggi.
Selesai dari pertanian lahan pantai harusnya nih kalau sesuai rencana pergi ke pantai glagah. Tapi karena hujan yang terus rintik-rintik maka jadilah kunjungan ke pertanian lahan pantai ini jadi last destination dari rombongan praktikum.
Photo by : camera sani
Comments
Post a Comment