Briket ampas pati aren
5 juli 2011, tepat satu tahun berlalu dari 5 juli 2010. Hari itu adalah hari dimana dipertemukan dengan orang-orang baru yang membawa banyak pengalaman dan kenangan. Semua berawal dari 3 huruf yaitu KKN. Sungguh masih terngiang-ngiang dalam benakku, 2 bulan serumah dengan orang-orang baru, tinggal di lingkungan baru, dan hal-hal baru lainnya. Senang, sedih, tawa, dan canda semuanya campur aduk, pokoknya perjalanan tak tergantikan lah. Hmmm, jadi bener2 kangen suasana itu.
Dan kemarin ku melihat wajah-wajah generasi baru memakai baju KKN yang sekarang berwarna kuning itu, dengan membawa semangat dan harapan untuk yang lebih baik. Lagi dan lagi, aku jadi teringat dengan program pokok tema dari KKN kita setahun yang lalu di desa Daleman, Tulung, Klaten, yaitu "Desa mandiri energi berbasis potensi lokal"
Dari tema itu subunitku memilih program membuat briket dari ampas pati aren alias onggok. Secara di beberapa pedukuhan tersebut terdapat banyak central kerajinan mie soon yang berasal dari pati batang pohon aren. Dan limbah padatnya itu, behh, gak ketulungan, tertumpuk di sembarang tempat, di sungai, di jalan, di sawah-sawah, bahkan kami pernah menjadi korban keganasan limbah yang berhamburan di jalan.
Briket, bukan menjadi benda yang baru, selama ini kita banyak mendengar berbagai jenis briket, yang paling terkenal tentu saja briket batu bara. Sebenarnya di desa ini sebelumnya sudah terdapat instalasi pengolahan briket dari limbah onggok. Namun instalasi ini mangkrak alias mati karena banyak hal. Salah satunya karena pembuatan briket dengan bahan 100% onggok ini nilai kalorinya kurang sehingga tidak bisa mendidihkan air dan cepat menjadi abu, dan parahnya lagi abunya beterbangan.
Karena limbah onggok ini bahan yang memiliki nilai kalori rendah maka butuh bahan tambahan untuk campuran yaitu bahan yang juga merupakan limbah, diantaranya adalah batok kelapa, serbuk gergaji, dan bonggol jagung (tongkol jagung yang telah diambil biji jagungnya). Ketiga bahan campuran tersebut yang dipilih selain karena juga limbah, juga dikarenakan bahan tersebut keberadaan potensial di sekitar desa tersebut. Peran inilah yang kita mainkan disini, yaitu mencari campuran apa yang terbaik. Selain campuran, disini kita juga memainkan perekat briket yang digunakan yaitu antara lem pati kanji, tanah liat, dan tetes tebu.
Dalam pembuatan briket ini terbagai menjadi dua tahab utama, yaitu tahap karbonisasi/pembakaran dan tahap pencetakan. Pada tahap karbonisasi ini dilakukan untuk masing-masing bahan secara terpisah, karena setiap bahan memiliki kecepatan masak yang berbeda-beda.
Berikut tahapan pembuatan briket:
1. Persiapan bahan
pengecilan ukuran
2. Karbonisasi/pembakaran
Prinsip dari karbonisasi ini yaitu pembakaran pada bahan, tetapi pembakaran ini dikondisikan dalam pembakaran tidak sempurna yaitu diusahakan tanpa oksigen. Sehingga diperoleh hasil bahan belum menjadi abu, yaitu menjadi hitam seperti arang. Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit dan lama, bisa berjam-jam bahkan sampai berganti hari. pembakaran dilakukan dengan alat sebuah drum yang telah dimodifikasi dan terdapat beberapa ventilasi dan cerobong asap ditengahnya. Proses pembakan dimulai dari :
pemasukan bahan
pembakaran tanpa oksigen
pengeluaran dan penghentian pembakaran
Pembakaran pada setiap bahan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk bahan ampas onggok kesulitan utama terletak ketika proses pengeluaran dari drum pembakaran. Ketika pintu keluar dibuka sedikit terlihat butiran onggok berwarna hitam, itu artinya sudah matang dan siap dikeluarkan, tetapi permasalahannya dalam waktu singkat jika butiran tersebut terkena angin maka dengan cepat kilat akan berubah menjadi abu. Sehingga kita mensiasatinya dengan menyiram air, meskipun itu dapat mengurangi kualitas.
Sama halnya dengan ampas onggok, pada pembakaran serbuk gergaji juga mengalami kesulitan demikian.
Sedangkan untuk bahan batok kelapa kesulitannya dikarenakan bentuk dari batok kelapa yang memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan serbuk gergaji dan ampas onggok, sehingga persebaran bara api lebih lama. Namun untuk batok kelapa ini pada proses pengeluaran dari drum pembakaran ini lebih mudah, dikarenakan batok kelapa yang telah menjadi arang tidak mudah berubah menjadi abu. Dan untuk menghentikan proses pembakaran yang masih berlangsung setelah dikeluarkan dilakukan penutupan dengan daun pada batok kelapa tersebut.
Pada bonggol jagung tidak berbeda jauh dengan batok kelapa. Hanya saja pada bonggol jagung proses pembakaran setelah dikeluarkan dari drum agak sulit dipadamkan, ketika coba ditutup dengan daun justru daunnya ikut terbakar, sehingga alternatif mengguyur dengan air pun dipakai.
3. Pencetakan briket
Sebelum mencapai proses pencetakan briket terlebih dahulu terdapat beberapa tahapan penduluan yang harus dilewati oleh bahan yang telah selesai pembakaran/karbonisasi.
penumbukan dan pengayakan
persiapan perekat
pencetakan briket
Dari pencampuran antara bubuk arang onggok 70% dan bahan lain yaitu bubuk arang bonggol jagung, batok kelapa, dan serbuk gergaji sebanyak 30%, serta dengan perekat yaitu lem pati, tanah liat, dan tetes tebu, maka diperoleh 3 variasi bahan dan 3 variasi perekat, jadi totalnya ada 9 variasi.
Pengujian briket dilakukan dengan pembakaran untuk memanasan air. Parameter yang dicari adalah pencapaian titik didih air. Volume air yang digunakan sebagai bahan uji sebanyak 280 cc dalam waktu 15 menit, dan selanjutnya diamati perubahan suhu dan perubahan kenampakan fisik air.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa untuk campuran bahan yang terbaik adalah bahan bonggol jagung, lalu batok kelapa, dan yang terakhir serbuk gergaji. Namun untuk serbuk gergaji ini tidak mutlak menjadi yang terburuk karena juga harus dilihat dari jenis kayu yang digunakan.
Sedangkan untuk variasi perekat, perekat yang terburuk adalah tetes tebu. Meskipun asapnya harum namun karena tetes tebu kurang bisa merekatkan dengan sempurna maka briket cepat berubah menjadi abu. Sementara untuk perekat lem pati kanji, merupakan perekat yang lebih baik baik daripada tetes tebu. Dengan pati kanji briket mudah dinyalakan dan tidak terlalu cepat menjadi abu serta bara apinya besar, tetapi kekurangannya juga menimbulkan asap dan briket yang telah menjasi abu juga beterbangan. Dan sebenarnya perekat yang terbaik adalah tanah liat. Perekat tanah liat ini dapat mengikat butiran arang menjadi lebih padat sehingga tidak mudah menjadi abu dan abunya pun menjadi tidak beterbangan, dan juga tidak menimbulkan asap, selain itu bara apinya lebih konstan. Namun perekat tanah liat ini kelemahannya terdapat pada ukuran penggunaannya, apabila perekat kurang tentu saja briket tidak bisa memadat sempurna sehingga mudah pecah dan mudah menjadi abu, sementara bila perekat tanah liat ini ukurannya berlebih sedikit saja maka briket menjadi kelewat padat, alhasil briket menjadi sukar dinyalakan, tidak bisa terbakar sempurna, bahkan parahnya lagi menjadi malah mengeras seperti batu bata.
Nah, cukup sampai disitu percobaan kita. Karna keterbatasan waktu kita hanya dapat melakukan percobaan sampai pada variasi bahan dan perekat, tidak sampai komposisi bahan dan ukuran perekat yang sesuai. Karna keterbatasan waktu juga kita tidak bisa mengaplikasikan percobaan-perbocaan kita tersebut ke masyarakat sekitar.
Semoga saja, suatu hari nanti ada unit KKN lain atau orang lain yang dapat melanjutkan percobaan ini. sehingga besar harapannya untuk mengentaskan masalah lingkungan dari desa sentral pati onggok, yang juga meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Comments
Post a Comment