Sumbar, dimulai dari Padang lanjut Batusangkar hingga Bukittinggi

Sumbar, Sumatera Barat, daerah yang tak pernah termimpikan sebelumnya hingga sampailah aku bisa berkunjung. Meski bukan perjalanan yang terbilang baru yaitu pada akhir 2016, tapi ada segenggam cerita yang ingin kubagikan berdasarkan pengalaman selama 4 hari di Sumbar.

Cerita dimulai dari penerbangan Jogja menuju Sumbar yaitu ke Bandara Internasional Minangkabau. Rute Jogja-Padang hingga saat ini tidak tersedia. Jadi untuk berangkat aku ngikut rombongan naik Garuda dengan transit di Jakarta CGK, dapet waktu transit lumayan yaitu 3 jam, jadi sempat sholat, duduk-duduk, hingga selfi-selfi di terminal 3 CGK. Sedangkan pulangnya kami memilih naik lion air dengan transit di Batam. Meski jadi agak lebih jauh dikit tapi lumayan harganya bisa separonya dari Garuda, kan lumayan bisa buat beli oleh-oleh, ya kan. Dapet waktu transit di Hang Nadim Batam 45 menit saja, dan ternyata transit 45 menit ga berasa. Baru turun dari pesawat, masuk bandara, check in di loket transit, masuk gate, mampir pipis, dan udah dipanggil lagi masuk ke pesawat batam-jogja, dan sedikit ngeselinnya pesawat dan crew-nya sama dengan penerbangan padang-batam. Jadi intinya transit adalah numpang pipis dan numpang check in sosmed.


Foto-foto dulu di Terminal 3 Soetta, mumpung anggreknya masih bagus-bagus

Lanjut cerita intinya, yaitu kota Padang. Kota padang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pesisir laut barat Sumatera. Kota Padang sendiri sudah memiliki beragam sarana yang dapat membuat nyaman untuk dikunjungi. Selain Bandara Internasional Minangkabau sebagai jalur keluar masuk yang terletak cukup jauh dari Kota Padang (sekitar 25km), di Kota Padang tersedia sarana transportasi mulai dari angkot yang hampir tiap 5 menit selalu lewat, bus damri bandara-kota padang dengan tarif 25ribu saja, taksi berargo yang selalu siap dan cepat jika ditelfon, hingga rental mobil plat hitam yang harga sewanya harga normal seperti di Jogja. Tapi kalo disini jika kita berjalan kaki menyeberang jalan atau berkendara haruslah kita lebih waspada dalam menyikapi lalu lintas di Kota Padang. Sedangkan untuk hotel tak kalah lengkap pula mulai dari hotel lokal hingga hotel brand nasional maupuan internasional juga ada, tinggal disesuaikan dengan budget saja. Tapi tetep ya baiknya booking dulu sebelum hari keberangkatan, biar pas keluar dari bandara sudah punya tujuan mau ke hotel mana.

Beranjak ke seputar kuliner di Kota Padang. Sudah jelas sekali ya dibayangan masakan padang seperti apa. Ya jelas lah karena rumah makan masakan padang sudah melanglang buana dengan jaringannya ke seluruh nusantara bahkan sampai ke negeri seberang. Tapi meskipun sudah sering makan masakan padang di Jogja ataupun ditempat lain ada yang berbeda bila dibandingkan dengan di kota aslinya yaitu kuah santan dan bumbu rempah yang lebih kuat dan juga nasinya ya ga pulen (mawur), kalau masalah pedesnya sih malah lebih pedes sambal korek. Jadi harus siapkan perut dalam kondisi sebaik-baiknya. Yang bikin sedikit heran waktu makan di prasmanan catering di lokasi acara, kalau biasanya di jawa setelah panci nasi pasti pasci sop atau sayur kuah bening lainnya, nah kalau disini tetep kuahnya kuah santan khas masakan padang. Lain lagi waktu makan di dekat pantai dengan menu ikan bakar dan seafood, kalau bisanya di jawa sayur pendampingnya adalah tumis kangkung atau ca sawi, nah kalo disini tetep daun singkong dimasak santan.


Suasana makan di warung makan ikan tepian Pantai Padang

Nah, cerita yang ga boleh ketinggalan ketika mengunjungi Sumbar adalah seputar tempat wisata. Di Kota Padang sendiri objek wisata utamanya adalah pantai. Dan karena pantai di Kota Padang yang menghadap arah terbenamnya matahari dan karena jalan utama Kota Padang mengikuti garis pantai, maka inilah kekuatan yang membuat Kota Padang menjadi lebih indah. Objek wisata pantai di Kota Padang ada pantai air manis yang terkenal karena legenda malin kundang, ada juga teluk bayur yang terkenal karena dijadikan sebuah judul lagu, dan ada juga pantai yang menjadi landmar karena terdapat ikon tulisan PADANG. Namun karena keterbatasan waktu kami hanya sempat menatap tenggelamnya matahari di sembarang pantai yang kebutulan kami berhenti dalam perjalanan.


Niatnya berhenti buat sholat magrib, tapi kabur bentar karna liat pantai dengan semburat merah


Dari Kota Padang melaju wisata ke Batusangkar. Perjalanan melintasi perbukitan di timur Kota Padang hingga Koto Solok dan melintasi tepian Danau Singkarak hingga sampai ke Batusangkar ditempuh dalam waktu 4 jam. Tujuan utama wisata di Batusangkar adalah Istana Baso Pagaruyung yang merupakan bangunan rumah adat minangkabau. Minangkabau berasal dari kata "menang kerbau" oleh sebab itu bangunan atap rumah adat  minangkabau melambangkan bentuk tanduk kerbau (buat orang minang mohon koreksinya kalau salah). Bangunan dengan nuansa minangkabau ini tersebar di penjuru Sumbar, jadi sebenarnya dari Kota Padang pun sudah bisa melihat ciri khas rumah minang meskipun dengan campuran arsitektur modern. Namun jika memiliki waktu dan kesempatan apa salahnya berkunjung ke Istana Baso Pagaruyung, karna di Istana ini kita bisa melihat bangunan rumah adat yang asli tanpa modifikasi arsitektur.



Istana Baso Pagaruyung Batusangkar

Masih berbicara tentang wisata, salah satu kota yang sangat menjadi tujuan wisata di Sumbar adalah Kota Bukittinggi. Dari Batusangkar untuk menuju Bukittinggi dibutukan sekitar 2 jam perjalanan, sedangkan bila dari Padang sekitar 4-5 jam perjalanan. Landmark dari kota Bukittinggi adalah Jam Gadang. Lokasi Jam Gadang ini sepertinya tepat berada di pusat dari Bukittinggi sehingga di sekitar Jam Gadang kita bisa mengunjungi pusat perbelanjaan modern maupun yang tradional dengan sajian khas wilayah Bukittinggi. Pusat oleh-oleh dan kerajinan berciri Bukittingginjuga banyak. Oleh-oleh yang khas dapat dibawa dari Bukittinggi adalah sanjai atau kripik balado, keduanya sama yaitu kripik simgkong di bumbu pedas khas padang, hanya penyebutan namanya saja jika di Bukittinggi disebut sanjai sedang di Kota Padang disebut kripik Balado.


Pemandangan Jam Gadang dengan langit abu-abu

Tak jauh dari lokasi Jam Gadang sebenarnya bisa mengunjugi Ngarai Sianok, katanya sih bisa ditempuh dengan jalan kaki saja, namun sayang hari yang hujan dan sudah sore membuat kami tak sempat mengunjunginya. Kalau hasil ngintip di google, Ngarai Sianok merupakan panorama bentang alam berupa perbukitan. Satu lagi objek wisata yang sebenarnya dapat dinikmati, yaitu Air Terjun Lembah Anai. Air terjun ini lokasinya persis di tepi jalan raya Bukittinggi-Padang. Namun sayang saat melewatinya hari sudah malam dan hujan.

Demikian cerita yang dapat saya bagikan dari kunjungan singkat saya di Sumatera Barat.

Comments

Popular posts from this blog

10 Alasan Pilih Kampung Prai Ijing sebagai Tujuan Wisata Budaya Sumba

Pembuatan Pupuk Organik

[Korea Trip: Part 2] Lotte Mart dan Myeongdong, all about belanja