Waduk Gajah Mungkur: jagong manten yg berujung keliling pengunungan seribu

Tujuan utama dari perjalanan kali ini adalah kita sebagai pengombyong mempelai pria yaitu mas amron (tetangga saya) yang pada hari itu akan melaksanakan ijab kabul. Aku ikut dalam rombongan mobilnya mas dayat bersama budhe dan pakde gino plus anaknya yona dan anak2 lainnya (rizka, rizki, yani, dan umi). Awalnya bermobil-mobil berangkat beriring-iring menuju lokasi pernikahan tapi lama-lama jadi saling terpisah, jadilah kita jadi rombongan terakhir bersama 2 mobil lainnya.

Perjalanan yang harus kami tempuh ternyata tak mudah, tidak seperti yang kita duga. Kami menduga akan kurang mengenakkan karna daerah wonogiri merupakan bagian dari pegunungan seribu yang pastinya naik turun. Namun ternyata lokasi pernikahannya masih termasuk daerah pinggiran kabupaten wonogiri jadi jalannya belum terlalu naik turun, yang jadi diluar dugaan ada kondisi jalan yang amat sangat buruk. Mulai dari keluar kota klaten masuk pedan lanjut tawangsari hingga selogiri, getaran goncangan bahkan jeglugan kepala sudah tidak bisa dihindari lagi.

Rombongan kami sampai di lokasi sudah agak terlambat, tepat beberapa menit saja menjelang ijab kabul diikrarkan. Aku pikir karna kami datang diwaktu yang pas maka tak perlu lama lagi kita menunggu, eh ternyata prosesi acaranya masih ada beberapa dan cukup lama lebih dari 3jam an acara baru benar-benar selesai. Panas, sumuk, garing, mati gaya lengkap lah sudah, tapi kami tetap berbahagia lho untuk pernikahan kedua mempelai.

Selesai acara pernihakan, kami segera meninggalkan lokasi. Semua mobil berpencar mencari jalur pulang yang nyaman. Ada yang tetap lewat jalur berangkat tadi meskipun jalan rusak tapi jalur paling cepat, ada yang ambil jalur gunung kidul meskipun jalurnya naik turun tapi jalannya halus, ada pula yang memilih jalur sukoharjo dan solo jalannya halus ga naik turun tapi lebih jauh. Dan rombongan mobil kami menuju jalur kota wonogiri karna akan bersilaturahmi ke rumah kakaknya budhe gino. Karna aku sebagai pengikut ya ngikut aja kemana rombongan melaju. Sampai di rumah budhenya yona, alhamdulilah dapet bakso, teh panas, plus semangka. Pas banget deh seger2.

Tak lama kemudian, kami melanjutkan perjalanan, ternyata rumah budhenya yona sangat dekat dengan waduk gajah mungkur. Sepanjang jalan kami melihat waduk menghampar luasnya. Kami tidak bermaksud singgah ke tempat wisata, terlihat sangat padat parkiran objek wisata waduk, maklum saja ini masih musim libur lebaran. Di pinggir jalan banyak warung2 yang menjajakan ikan dan udang goreng, karna pakde dan budhe gino ingin membeli jadilah mobil berhenti dan menepi. Dan karna mas dayat juga ingin menikmati pemandangan waduk, dia memarkirkan mobil di warung yang disampingnya terlihat waduk. Ternyata dari pinggir jalan itu kami bisa menerobos masuk hingga ke tepi waduk, nah dari sinilah wisata dadakan kita dimulai.


Waduk gajah mungkur merupakan sumber kehidupan bagi warga wonogiri. Waduk yang membendung sungai bengawan solo ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar area waduk. Mulai dari fungsi utamanya sebagai cadangan persediaan air, sebagai sumber irigasi untuk pertanian, sebagai kendali debit air (kontrol banjir), dan yang tak kalah penting adalah sebagai sektor wisata. Waduk  ini membentang luas di sepanjang jalan mengiringi perjalanan kami, ga kebayang deh waktu pembuatan waduk ini berapa desa yang harus transmigrasi bedol desa.

  
Kami tidak bisa berlama-lama menikmati panorama waduk, hari sudah semakin sore dan kami harus bergegas karna perjalanan pulang masih panjang. Perjalanan pulang yang kita tempuh memang lebih jauh karena mencari jalan yang halus dan tidak terlalu terjal. Akhirnya dipilih rute gajah mungkur-wuryanto-pracimantoro-rongkop-semanu-playen-pathuk dan berujung di piyungan, bener2 keliling pegunungan seribu. Hari makin sore ketika kami sampai di bukit bintang, dapet bonus panorama lagi nih, senja di bukit bintang. Sayangnya kami tidak berhenti jadi kurang bisa menikmati detik detik sunset dari atas bukit bintang.


Selasai turunan bukit bintang, selesai juga cerita keliling2 pegunungan seribu tinggal tepar dan telernya. Kalau jagong manten yang ada wisata2nya gini, aku mau kalo diajakin lagi, hehe. Ya sambil jagong ya sambil wisata juga, habis kapan lagi bisa sering jalan2 sama tetangga kalo ga acara jagong gini.


Comments

Popular posts from this blog

10 Alasan Pilih Kampung Prai Ijing sebagai Tujuan Wisata Budaya Sumba

Pembuatan Pupuk Organik

[Korea Trip: Part 2] Lotte Mart dan Myeongdong, all about belanja